SafelinkU | Shorten your link and earn money

GASING KALIMANTAN BARAT

Foto : Refrensi toko masyarakat & mr. google

Asal Usul Lahirnya Permainan gasing

Asal Usul Secara Umum
Asal Usul Perkataan Gasing – Gah Berpusing
Menurut sumber dari Terengganu gasing berasal daripada permainan memusing buah berembang. Buah berembang berbentuk bulat licin dan agak leper. Buah yang mudah ditemui di pesisir pantai ini selalu digunakan oleh ahli silat sebagai satu latihan untuk menguatkan tangan. Di setengah tempat, buah berembang juga dikenali sebagai buah perepat (sonneratia alba). Buah berembang ini juga dijadikan sebagai permainan. Dalam permainan buah berembang, buah ini akan dipusingkan dengan menggunakan tangan. Buah berembang yang berpusing paling lama dan paling ligat dikira paling “gah” dan pemusingnya dianggap sebagai pemenang. Gasing dicipta berdasarkan bentuk buah berembang. Perkataan gasing bberasal dari gabungan dua kata yaitu “gah & berpusing”. Gah dalam istilah permainan gasing bermaksud berpusing dengan ligat dan tegak.

Gasing Berasal Daripada Permainan Laga Telur
Sumber dari Kedah ada menyatakan bahwa permainan gasing berasal dari permainan “laga telur ayam”. Permainan memusing dan melagakan telur ayam ini menjadi permainan kegemaran kanak-kanan pada masa dahulu. Kemudian barulah timbul ide untuk menghasilkan gasing mengikuti rupa bentuk telur. Paksi ditambah agar gasing berputar dengan laju dan tegak. Gasing yang diputar dengan tangan kurang ligat berputar dan pusingannya tidak tahan lama. Oleh karena itu tali digunakan supaya dapat memusingkan gasing dengan lebih ligat dan lama.

Gasing Berasal Dari Peralatan Memburu Binatang
Pemain gasing veteran dari sungai Pahang menyatakan bahwa gasing dahulunya merupakan senjata untuk memburu binatang. Gasing yang berbentuk leper dan bulat akan berputar dengan ligat apabila dilemparkan ke badan binatang buruan. Ide permainan gasing dikatakan datang dari aktivitas para pemburu, yang pada mulanya bertujuan menguji keahlian melempar gasing ke sasaran.

Asal Usul Gasing Kalimantan Barat
Dua suku asli dan terbesar yang menghuni Kalbar yaitu Dayak dan Melayu. Kedua suku ini memang mempunyai banyak kesamaan budaya diantaranya adalah permainan gasing. Yang berbeda hanyalah dalam penyebutan atau bahasa yang digunakan. Tidaklah heran bila dalam penuturan asal usul permainan gasing ini dibuat dalam dua bahasa atau penyebutan, tidak lain agar para pembaca sedikit dapat memahami inilah kultur sebagian kecil bangsa Indonesia. Konon Gasing pada masyarakat Dayak Kanayatn lebih dikenal dengan Pangka.

Menurut cerita yang terdapat pada orang Dayak kanayatn, gasing adalah Manusia (Talino) jelmaan jubata (Tuhan) yang disebut NEK GASIKNG bernama NEK ABAKNG SAJINTE JUBATA TAPAKNG, juga sebagai penguasa pohon-pohon kayu yang tumbuh dihutan. Sehingga jenis kayu yang dibuat sebagai bahan gasing yang terbaik adalah urat/bandir (akar) dari kayu Tapakng. Pangka’ gasing bagi masyarakat Adat Dayak  Kanayatn, diakui sebagai salah satu unsur Budaya adat yang telah lama dilakukan bagi kehidupan manusia, maka dr itu pangka’ gasing adalah tradisi Budaya adat, yang penyelenggaraannya ditentukan pada musim atau waktu dalam proses kegiatan Bahuma atau berladang (bertani padi), yaitu pada saat padi mulai ditanam sampai pada panen raya (bernyanyi) padi.

Konon manusia (Talino) pada mulanya tidak mengenal beras atau padi sebagai bahan makanan pokok, melainkan sejenis cendawan (kulat/jamur) yang tumbuh dan diambil dari batang kayu yang telah mati. Melihat kehidupan manusia seperti itu, Nek Gasikng melakukan kegiatan berputar ditengah-tengah ruang utama samik, dengan tujuan agar padi turun ke bumi dan menhelang subuh Nek Uit-uit memanggil padi/beras (Nyaru’Leko) di tengah pante (teras rumah). Karena Nek Gasikng melakukan sendiri, maka ia memiliki keinginan membuat benda yang dapat berputar menyerupainya sendiri, sehingga ia mengambil akar Tapakng sesuai namanya untuk membuat sebuah gasing yang menyerupai namanya juga. Setelah itu gasing mulai dimaiknkan oleh manusia (Talino), saat itu juga tanpa disadari oleh manusia ternyata dari khayangan seorang jelmaan Putra Jubata (tuhan) yang bernama BARUAKNG tertarik untuk bermain gasing atau berpangka’ dengan anak-anak manusia yang ada di bumi. Dengan ketertarikannya itu ia memutuskan turun ke bumi untuk mengajak anak manusia berpangka gasing.

Berawal dari Baruakng dan anak manusia bermain gasing saat itulah padi dikenal oleh manusia di bumi sebagai makanan pokok. Baruakng setiap kali turun ke bumi bermain gasing selalu membawa bekal nasi, sedangkan manusia berbekal jamur/kulat karang. anak manusia menjadi penasaran melihat makanan Baruakng seperti ulat, putih bersinar, sehingga anak-anak manusia mencoba memakannya. Setelah memakannya anak manusia tertidur karena rasa nasi Baruakng sangat enak dan nyaman. Merasa nasi itu enak, anak-anak manusia meminta kepada Baruakng agar dibawa ke bumi contoh bijinya atau bibitnya untuk disampaikan ke Nek Inang-inang (orang tua anak manusia yang berpangka; gasing bersama Baruakng). Keesokan harinya Baruakng berencana membawa biji padi ke bumi, namun dimarahi oleh orang tuannya yang bernama NEK SIJAEK sehingga ia mencari akal, karena Baruakng belum bersunat maka ia menyembunyikan biji padi itu dalam kulit kemaluannya, (hingga sekarang Baruakng disebut Nek Baruakng Kulub).

Sampai ke bumi Baruakng memberi tahu kepada manusi agar bijji padi itu ditanam ditempat yang tersembunyi agar tidak terlihat oleh bapaknya, dan disarankan supaya ditanam didapur tempat pembakaran yang ada di dalam rumah, saran tersebut dipenuhi dan dituruti manusia.

Konon pula menurut versi cerita suku melayu Kalimantan Barat khususnya Kabupaten SAMBAS, timbulnya permainan ini menurut ceritanya adalah sebagai berikut :

Seorang putra khayangan yang turun ke bumi sedang melihat anak manusia yang bermain dan ia tertarik dengan permainan ini yaitu memainkan sepotong kayu yang berputar-putar dihalaman rumah anak manusia tersebut, anak bangsa khanyangan ini merasa heran campur senang sepotong kayu yang telah dibentuk sedemikian rupa dapat berputar dengan cara dilempar dengan menggunakan seutas tali, kemudian dengan kekagumannya, ia mengajak anak manusia naik ke khayangan dengan membawa benda yang dimainkan tersebut, sesampainya di Khayangan dimintanya anak manusia untuk memainkan permainan itu dihadapan anak-anak bangsa Khayangan, mereka semua terkagum-kagum dengan permainan tersebut, kemudian anak manusia dibberi makan, pada saat diberi makanan tersebut, giliran anak manusia yang terheran karena belum pernah ia makan makanan yang berbiji putih dan nikmat sampai perutnya merasa kenyang dan kenyangnya pun lama, melihat anak manusia yang makan dengan banyak dan senang sehingga tergugahlah perasaan anak bangsa Khayangan lalui ia pun berkata “nanti akan saya bawakan benda ini ke bumi” dengan syarat kamu harus selalu memainkan benda ini.

Kemudian anak manusia diantarkannya pulang ke bumi, dan sesuai dengan permintaan anak bangsa Khayangan, anak manusia tadi selalui memainkan permainan ini, hampir lupa dengan apa yang telah diucapkan pada waktu mereka bermain di Khayangan, datanglah anak bangsa Khayangan dengan membawa sebutir biji benda yang dikeluarkannya dari kemaluannya karena takut dimarahi oleh orang tuanya maka biji tersebut disimpan dalam kemaluannya, benda tersebut dimintakan oleh anak bangsa Khayangan untuk ditanam.

Anak manusia pun menurut apa yang dimintakan, biji tersebut ditanam dan dari hari kehari makin menampakkan pertumbuhannya semakin banyak pula, sesuai permintaan anak bangsa khayangan agar selalu memainkan permainan ini, dan biji yang ditanam tadipun akhirnya telah layak untuk diambil, dari satu biji yang ditanam hasilnya berlipat ganda beribu-ribu banyaknya, maka biji tanaman ini terus dikembangkan. Sejak saat itulah tanaman ini dikenal oleh manusia sebagai makanan pokok yang dapat mengenyangkan dan tahan lama. Oleh anak manusia permainan yang berputar serta berpusing tersebut diberi nama “GASING”.

Sampai saat ini permainan ini dimainkan oleh anak manusia mulai musim bertanam padi sampai masa panen. Dengan turunnya padi kepada manusia ke bumi, maka Pangkak Gasing (bermain gasing) dilakukan turun-temurun bagi masyarakat Dayak (KALIMANTAN BARAT PADA UMUMNYA) hingga sampai sekarang ini dari tingkat pedesaan sampai tingkat Propinsi KALBAR, baik dalam acara peringatan hari-hari besar agama, gawai NAIK DANGO, pesta ulang tahun kerajaan maupun peringatan hari-hari besar Nasional. Padi dengan gasing berhubungan sangat erat sekali, sehingga didalam kehidupan orang Dayak dan Melayu Kalbar, padi dibuatkan tempat khusus (dango padi/tamping) lumbung padi dimasukkan sebuah gasing yang namannya gasing gantang, ukuran gasing yang disimpan ke dango padi tersebut ukurannya sama dengan pengukur padi/bera sebagai alat timbangan tempo dulu yaitu GANTANG. Sedangkan di dalam tempayan tempat menyimpan beras disimpan gasing cupak, yang ditutupkan pada mulut tempayan, dan pase untuk ukurang beras.

GASING sendiri merupakan salah satu khasanah permainan tradisional anak-anak Nusantara yang layak untuk dilestarikan, namun sangat disayangkan permainan gasing tradisional ini pada masa sekarang cenderung terlupakan dan tergantikan oleh berangam jenis permainan produk asing. Padahal permainan gasing tradisional pada masa lalu tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera, Sunda, Jawa, Bali, Maluku, Sulawesi, NTT, NTB, Kalimantan hingga Papua. Sementara di Kalimantan, meliputi Kalteng (Kalimantan Tengah), Kalsel (Kalimantan Selatan), Kaltim (Kalimantan Timur), Kalbar (Kalimantan Barat), permainan gasing biasa disebut bepangkak.

Jenis-jenis Gasing
Jenis gasing yang sering dimainkan ada dua macam yang terdiri dari; (1). Gasing untuk permainan berindu (URI), (2). Gasing yang digunakan khusus untuk bermain pangkak.

Gasing untuk permainan berindu
Gasing ini tidak digunakan untuk dipangkakkan sebab bentuk dan gasingnya sangat berbeda dari gasing yang digunakan untuk berpangkak diantara cirinya yaitu; mempunyai kepala yang kecil bagian burit sangat kecil (pasaknya halus) hanya diadu lamanya berputar, setelah diemban lalu dicedok dan diletakkan diatas piring kemudian diletakan di atas meja, dibiarkan di meja samapai akhirnya gasing tersebut berhenti dengan sendirinya.

Gasing untuk bermain pangkak
Gasing ini digunakan untuk berpangka dengan berbagai  jenisnya, diantara modelnya sebagai berikut :
a.      Model buah gerambang/gasing epal atau buah ampaning
b.      Model leper/gasing epal tumpi
c.       Model botol/gasing ronjo pangkok
d.      Model canting pisang/gasing ronjo bangkukng
e.      Model jantung/gasing palang
Gasing dapat dibedakan menjadi gasing adu bunyi, adu putar dan adu pukul.

Ciri-ciri dan Kegunaan Model Gasing
Gasing model buah gerambang/epal epeh ampaning :
Pakang/bagian pinggirnya dengan ukuran 2 – 3 cm, tingginya 4 – 8 cm, kepala kecil dan dapat digunakan untuk dipasangkan ataupun dipangkakkan.

Gasing leper/gasing epal Tumpi :
Pakang/bagian pinggirnya dengan ukuran 1 – 2 cm, tingginya 3 – 6 cm, bagian kepala kecil dan dapat digunakan adu uri sebgai penentu untuk memulainya berpangkak.

Gasing botol/gasing ronjo pangkok :
Gasing ini ukurannya 8 – 12 cm bagian pakang/pinggirnya tebal hampir menyerupai botol, hanya dapat digunakan untuk dipangkakkan sebab kekuatan putarannya tidak tahan lama.

Gasing canting pisang/gasing ronjo bangkukng :
Gasing ini ukurannya sama dengan gasing botol, hanya badannya lebih besar dan hanya dapat digunakan untuk memangkak gasing lawan.

Gasing jantung/gasing palang :
Gasing ini hampir menyerupai organ jantung, ukurannya besar, mempunyai bahu/badan seperti gasing leper dan gasing buah gerambang. Digunakan hanya untuk memangkak gasing lawan karena ketahan lama berputarnya tidaklah baik.

Untuk gasing berpangkak jenisnya ada dua macam yaitu :
Gasing Murni (gasing polos) ; jenis gasing ini tidak ditambah apapun kecuali pasak dan motif kayunya harus asli. Untuk gasing standar Kalbar dengan ukuran keliling gasing 32cm dari bagian pakang/pinggir gasing yang terluar, sedangkan yang tidak standar biasanya ukurannya mencapai 40 cm beratnya sampai 2 kg.

Gasing bertambah (gasing remot) ; adalah gasing yang telah dikombinasikan ditambah pemberat berupa timah yang ditambahkan pada keliling pakang gasing dan diberi simpai pengaman dari bahan almunium ataupun seng yang dipakukan untuk melindungi timah agar timahnya tidak keluar dan bahannya terbuat dari kayu jenis putih yang a lot atau tidak mudah pecah bilapun gasing tersebut pecah saat dipangkak tidak membahayakan orang yang berada disekitarnya. Ketahanan atau lamanya berputar lebih lama bila dibandingkan dengan jenis gasing pangkak yang lainnya. Gasing ini hanya dimainkan oleh masyarakat melayu Kabupaten Sambas.

CARA MEMPERBAIKI GASING DAN MERAWAT GASING
Memperbaiki Gasing
Setelah gasing selesai dibuat/dibubut atau diraut, agar gasing seimbang maka gasing perlu diuji untuk engetahui apakah gasing sudah seimbang atau belum dengan cara sebagai berikut :

Mengucil/memutarkan gasing tersebut dengan tangan, kemudian diberi tanda dengan spidol atau dengan menggunakan serpihan kayu kecil yang diberi air liur dibagian atas kepala gasing. Kemudian dilihat pada bagian mana yang sedikit atau kecil yang terkena spidol/air lir maka pada bagian pinggir pakang gasing tersebut diberi sedikit demi sedikit paku kecil/tanah yang ditempelkan dibagian burit gasing lalu digeser-geser sambil tetap mengucil sehingga keadaan gasing benar-benar seimbang. Boleh dengan memasang pasak terlebih dahulu atau memberi pasaknya. Kegunaan memberi penyeimbang ini adalah agar gasing awet hidunya atau lama berputarnya.

Dengan mengucil/memutar atau menyurung (menghiduo/memutar gasing dengan cara mendorong gasing kedepan terlebih dahulu membolang/mengikat) gasing tanpa diberi pasak, pada bagian burit gasinglah yang akan diberi tanda dengan spidol dibagian yang terkena spidol, maka pada bagian tersebutlah yang akan diraut sampai semua bagian urit gasing terkena spidol maka gasing tersebut seimbang. Tahap berikutnya barulah memasangkan pasaknya, dengan terlebih dahulu melobangi dengan alat pelobang, pada pasak atau lobang diberi lem perekat agar pasak dapat merekat dengan lem kawin yang daya rekatnya 2 jam, barulah gasing tersebut diputar lagi apabila sudah benar-benar seimbang maka tahapan ini sudah mencapai tahap yang sempurna.

Cara Merawat Gasing
Cara merawat gasing dan menyimpan gasing agar gasing tetap awet dan tahan lama ada beberapa cara perawatannya yaitu :

Gasing diletakkan dalam parit atau dalam sumur/perigi, khususnya untuk gasing yang terbuat dari kayu keras, seperti kayu mbaris dan kayu belian/ulin.

Gasing diletakan atau disimpan ditempat yang teduh dengan cara meletakkan gasing tersebut di bekas tempat/kotak. Untuk masing-masing satu tempat satu buah gasing.

Membuat tempat khusus yang terbuat dari triplek yang dilobangi yang disesuaikan dengan besarnya gasing, kemudian gasing diletakkan dengan posisi bagian atas gasing tetap di atas tidak dibalik. Tujuan meletakkan gasing demikian adalah agar gasing tidak berobah keseimbangnnya dengan demikian gasing tetap terjamin keawetannya.

Sebelum gasing disimpan terlebih dahulu gasing tersebut pada bagian bawahnya diolesi dengan oli agar pasaknya tidak karatan.

Menyimpan tali gasing yaitu dengan cara memasukan talinya dalam kantong plastic dan di ikat.

Untuk gasing remot/gasing bertambah agar awet, setelah gasing selesai dibuat maka gasing tersebut diberi warna sesuai dengan yang diinginkan, kemudian dioles dengan lem super glue (lem kaca), dapat juga di cat dengan warna clear atau warna transparan.

Ketentuan dan Panduan Teknis Permainan Gasing KALBAR

Pertandingan gasing akan didahuli adu uri oleh kedua regu yang bertanding.

Pemenang uri ditentukan oleh putaran gasing yang terlama dan untuk regu pemenang uri mendapat nilai 15, berkesempatan untuk memangkak terlebih dahulu sebanyak tiga kali dan kemudian memasang tiga kali.

Gasing pemasang/pemangkak tidak boleh untuk dibetulkan dan dipindahkan.

Gasing yang sah putarannya bila posisi kepala gasing tetap berada di atas dan bagian pasaknya dibawah/di atas tanah.

Gasing pemasang harus berada dalam lingkaran dan apa bila berada dalam lingkaran (sebanyak tiga kali memasang) dan gasingnya tidak berputar/hidup, gasing lawan tidak dapat memangkak gasing yang tidak berputar tersebut maka pihak lawan memperoleh nilai 10 (sepuluh).
pemangkak harus berada diluar satu lingkaran garis yang akan dipangkak.

Pemangkak yang mengijak garis/line sebagaimana telah ditentukan pada poin 6 tersebut di atas maka dinyatakan dis/kalah dan pihak lawan yang mendapatkan nilai sesuai letak gasing yang dipasang.

Apabila gasing pemangkak tidak mengenai gasing lawan, maka pihak lawan akan memperoleh nilai sesuai letak gasing yang dipasang.

Apabila gasing pemangkak dapat menyentuh langsung/mengenai gasing lawan, kemudian diadu gasing yang terlama berputar yang akan mendapatkan nilai sesuai letak gasing tersebut.

Apabila gasing pemangkak menyentuh/mengenai gasing lawan dan kedua-dua gasing tersebut keluar dari arena/lingkaran, maka keduabelah pihak tidak mendapat nilai.

Gasing pemangkak harus menyentuh langsung/mengenai tanpa menyentuh tanah terlebih dahulu dianggap syah dan bila menyentuh tanah terlebih dahulu maka gasing lawan yang akan mendapatkan nilai sesuai letak gasing.

Apabila talinya menyentuh gasing lawan dan mempengaruhi posisi gasing lawang atau gasing lawan menjadi mati (tidak berputar), maka nilai diberikan pada gasing lawan sesuai letak gasingnya.

Permainan Gasing Melayu Sambas
Bahan dan Alat
Bahan
Gasing terbuat dari kayu diantaranya adalah sebagai berikut ; kayu Mbaris, kayu Keranji, kayu Belian (ulin). Kayu Laban Tanduk, kayu Mampat, kayu Akasia, kayu Asam Jawa, kayu Petai Cina, kayu Mirau, kayu Jeruk Sambal, (batang limau calung), kayu Dungun. Pasak gasing yang digunakan untuk pangkak terbuat dari besi, sedangkan untuk gasing berindu (uri) pasaknya terbuat dari jarum jahit.

Alat
Tali; tali terbuat dari kulit kayu seperti; kulit kayu Temaran, kulit kayu Peluntan,kulit kayu Baruk, dan dapat juga dari tali nilon. Khusus untuk tali yang terbuat dari kullit kayu cara pembuatannya adalah dengan terlebih dahuli direndam beberapa hari, kemudian dipukul-pukul untuk membuang bagian kulit luarnya, lalu dijemur dan selanjutnya dipintal menjadi tali sesuai yang diinginkan. Pada bagian ujungnya lebih kecil, sedangkan pada bagian tengahnya berdiameter antara 0,5 – 1,0 cm, panjangnya disesuaikan penggunaannya. Sedangkan untuk tali nilo, tali harus dibuka terlebih dahulu kemudian dipintal lagi sebab tali buatan pabrik pintalannya kiri oleh karena itu tali tersebut dibuka dan dipintal disesuaikan dengan yang diinginkan yaitu kanan.
Pencedok ; pencedok digunakan khusus untuk gasing berindu, terbuat dari potongan triplek ataupun kayu tipis dengan panjang kira-kira 15 – 20 cm dan bentuknya seperti sendok nasi.
Pancang/Tonggak ; kayu Pancang/Tonggak kayu panjangnya kira-kira 2 meter dengan keliling 20 – 30 cm yang digunakan untuk tonggak tempat mengembankan gasing untuk gasing berindu, tonggak tersebut ditancapkan pada tanag tempat dimana permainan gasing akan dilaksanakan.
Piring/Pinggan ; Piring atau pinggan digunakan sebagai alas (wadah/tempat) gasing berindu yang berputar setelah diemban yang diberi sedikit minyak agar supaya permukaan piring/pinggan licin.
Perlengkapan lainnya seperti :
Getah kayu Moras yang berguna agar tali tidak licin pada saat tali dibolang (diikatkan ke gasing). Damar; berguna agar gasingnya tidak licin pada saat tali dibolang. Amplas; berguna untuk mengamplas pasak gasing agar cocok dengan tempat atau tanah dimana gasing akan dimainkan (khusus gasing pangkak).

TATA CARA PEMBUATAN GASING
Cara Pembuatan Gasing Berindu
Untuk pembuatan gasing berindu dapat dilakukan dua cara :
Cara diraut
Dengan cara meraut; pertama-tama kayu dibakal (dibulatkan sesuai bentuk bakal gasing), setelah berbentuk seperti gasing, pekerjaan meraut tetap dilakukan, gasing diputar dan diberi tanda dengan spidol dimana yang terkena spidol ditempat itulah yang perlu diraut kembali sampailah akhirnya kesemua bagian dari gasing terkena spidol selesai.
Pembuatan pasak; pasak dibuat dari jarum jahit, bagian bawah (burit gasing) dilobangi dengan bor/gurdi dengan ukuran 0,5 – 0,8 mm kemudian disopak dengan kayu sepang yang terlebih dahulu diraut berbentuk bulat yang disesuaikan dengan mata bor sebagai pelobang. Pasak tersebut ditancapkan pada kayu sepang dengan sedikit demi sedikit diansah/dipotong dengan batu canai (batu ansahan), sampai bbenar-benar ggasing tersebut layak untuk dimainkan.

Dibubut atau Dilarik
Kayu dibakal berbentuk seperti gasing (dibulatkan sesuai bantuk gasing). Setelah berbentuk seperti gasing, bakal gasing tersebut dilarik/dibubut dengan mesin bubut sampai menjadi bentuk gasing yang diinginkan. Pembuatan pasak dan pemerian pasak sama halnya dengan cara pembuatan gasing yang diraut di atas.

Cara Pembuatan Gasing Pangkak
Untuk pembuatan gasing pangkak dapat dilakukan dua cara :
Dengan cara diraut sebagaimana pembuatan gasing berindu, namun dengan cara ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai hasil yang memuaskan.
Untuk cara kedua ini, pertama-tama kayu dibulatkan , kemudian dibakal sehingga berbentuk sebuah bakal gasing yang siap untuk dilarik/dibubut seperti berikut :

Pembuatan Pasak
Pasak gasing terbuat dari besi baut ukuran 14 dan kikir bulat dengan ukuran 8 – 12. Cara kerja pembuatannya sebagai berikut :
Baut dilobangi dengan manggunakan bor listrik sedalam 1 cm, kikir bulat dipotong dengan menggunakan gerinda sepanjang 1,5 cm, kemudian diberikan lem campur (lem besi). Seterusnya kikir bulat yang telah dipotong dimasukkan ke lobang pada baut dirapikan/dihaluskan dengan menggunakan gerinda sesuaikan dengan yang diinginkan.
Bila gasingnya telah selesai dibubut bagian bawahnya (burit) dilobangi untuk memasukkan pasang gasing yang telah tersedia disesuaikan dengan panjangnya pasak.

Pola Permainan Gasing
Cara atau Sistem Meraje atau Pangk
Cara/sistem Meraje adalah apabila dalam satu regu terdiri dari lima orang, jadi bila kedua regu saling berlawan tahapannya adalah :
Pangkak sistem Meraje diawali dengan berindu untuk menentukan siapa pemenang gasing yang paling lama berputar (masih hidup) dinyatakan sebagai pemenang. Regunya mendapatkan poin 1 dan diberikan kesempatan untuk memangkak gasing lawannya dan jika orang pertama memangkak gasing lawan ternyata kena gasingnya tetap dirindukan. Selanjutnya orang kedua memangkak dan orang kedua juga memasang gasingnya dipangka tidak kena gasing lawannya (dabbok) gasing lawan tetap dibiarkan hidup (berputar), begitu juga untuk orang ketiga dan orang keempat. Orang kelimalah merupakan penentu bila gasing orang kelima memangkak ternyata kena maka gasing yang masih berputar (hidup) tetap dirindukan gasing yang matinya terakhir adalah pemenangnya dan mendapatkan poin. Selanjutnya bila orang kelima ternyata ia memangkak dan tidak kena atauu lobos (gasing terlempar tidak kena) maka regu pemasanglah yang mendapatkan poin, gasing yang masih hidup tidak dirindukan. Pada saat berindu posisi gasing tidak boleh untuk dibetulkan, sedangkan bila sudah giliran memasang posisi gasing boleh dibetulkan dan jika sipemasang gasingnya lobos atau terlempar (tidak hidup) maka dapat digantikan oleh teman sereggunya yang lain. Sedangkan pemangkak tidak boleh digantikan dan posisi gasingnya tidak boleh untuk dibetulkan. Begitulah seterusnya sampain pada poin yang ditentukan (untuk pertandingan poinnya sampai 10) sistem poinnya seperti poin permainan pingpong. Bila pertandingan persahabatan poin tertingginya tergantung kesepakatan kedua regu.


Penulis : Jumidi
Pemilik : duniadayakborneo
Oldest

1 komentar:

  1. silahkan tingalkan pesan teman-teman, saran dan kritikan yang saya perlukan demi pengembangan blog ini..,

    BalasHapus


EmoticonEmoticon